Minggu, 30 November 2008

Sakit Mental Pemimpin

by : Rhenald Kasali


Pemimpin tetaplah manusia biasa. Ia bisa lahir dari keluarga bahagia yang penuh kasih sayang, tapi juga bisa datang dari kalangan yang terbuang. Dan yang datang dari kalangan yang pertama belum tentu mampu memimpin dengan baik. Demikian pula yang dilahirkan dari kelompok ke-dua.

Di dunia ini kita bisa menemukan macam-macam tipe pemimpin, mulai dari pemimpin yang tegas, berani dan bijak, sampai pemimpin yang populis yang tidak berani. Di tengah-tengah kedua kutup itu terdapat banyak varian yang membuat kepemimpinan tidak efektif.

Banyak pemimpin yang berpikir ia akan sukses kalau ia bisa membuat segala sesuatu tenang. Living in harmony. Bila ada konflik ia segera bertindak. Setiap kali ada pihak yang mengadu ia tanggapi dengan menekan yang diadukan. Kadang cukup dengan perintah atau keluhan yang cukup membuat orang yang diadukan gerah. Karena pihak yang diadukan diam saja, maka urusan beres. Yang ia tidak tahu adalah, terjadi konflik yang semakin keras di level menengah yang mengakibatkan proses manajemen menjadi kacau dan hasil akhir yang diharapkan tidak optimal.

American Psychiatry Association mengingatkan agar hendaknya kita selalu berhati-hati karena dalam diri kita masing-masing selalu saja ditemui benih-benih penyakit kejiwaan. Mereka menyebutnya sebagai Mentally disorder personality type yang mengakibatkan kepemimpinan tidak efektif. Penyakit-penyakit jiwa seperti ini sesungguhnya banyak kita temui sehari-hari. Dari ke-15 penyakit jiwa itu, ada 9 (sembilan) yang saya lihat sangat mudah kita deteksi sebagai berikut.

Pertama adalah tipe pemimpin narcistic. Ini adalah pemimpin yang selalu ingin dianggap orang, bahkan ingin dianggap besar dan dikagumi (a need for admiration). Perilakunya persis seperti perilaku obsesif seorang yang kita lihat dalam sebuah iklan produk rokok nasional yang seakan-akan merasa dirinya seperti sutradara film terkenal (obsesi sutradara)

Yang kedua disebut yaitu orang yang memiliki rasa waspada yang sangat berlebihan (hypervigilant) karena sangat tidak percaya pada orang lain. Ia bahkan menduga orang-orang lain, bahkan orang-orang berprestasi tinggi yang diterima oleh publik sebagai orang-orang yang tidak jujur dan selalu memiliki agenda terselubung. Ia sangat mudah gelisah, khawatir, dan terlalu berhati-hati.

Tipe ketiga berikut ini ada banyak kita temui di sektor birokrasi dan di kalangan mereka yang mendalami ilmu/profesi di bidang keuangan. Mereka cenderung perfectionist, teliti, detail dan kontrol. Mereka menuntut dirinya dan orang-orang lain agar selalu patuh pada tahapan-tahapan prosedur dan aturan-aturan. Bagi mereka orang-orang yang tidak patuh adalah tidak bermoral, meski mereka sendiri tahu tidak mudah melakukan itu dan seringkali banyak kejanggalan-kejanggalan. Akibatnya mereka menjadi rigid dan dogmatik. Cenderung tertutup dan tidak memberi ruang bagi kreativitas dan hal-hal baru.

Berikutnya adalah tipe histrionic (histrionic personality). Ini adalah pemimpin yang senang mencari perhatian dari orang lain, tutur katanya seakan hangat, tetapi cenderung mendramatisasi sesuatu dan menggoda. Ia memiliki emosi yang berlebihan dan cenderung berkelompok.

Yang kelima adalah tipe dependent, yaitu orang-orang yang sulit bertindak mandiri. Ia selalu meminta petunjuk, submissive, sangat patuh dan cenderung menjadi, maaf, penjilat. Semua itu dilakukan dengan kesadaran bahwa dirinya bukanlah apa-apa. Dan karena itu ia mampu menghilangkan kediriannya. Ia selalu menunggu approval (persetujuan) dari orang lain.

Selain itu juga ada tipe depressive yang cenderung memiliki pesimistic outlook tentang segala hal. Di dalam situasi yang berubah dan mencekam, khususnya dalam masa transisi, pemimpin yang memiliki karakter seperti ini dengan mudah dapat kita temui. Di kalangan pengamat ekonomi dan politik misalnya, kehadiran mereka sangat terasa. Selain berbicara tentang segala hal secara negatif, sehingga seakan-akan tidak ada hari esok, mereka juga menyindir sinis setiap hal yang berbunyi positif dan optimistik. Mereka selalu menjanjikan faktor-faktor yang buram lewat kacamatanya yang gelap.

Kita masih punya tiga tipe pemimpin berpenyakit jiwa lainnya, yaitu schizotypical, passive-aggresive dan antisocial. Mari kita lihat satu per satu. Schizotypical adalah pemimpin yang cenderung eksentrik, selalu ingin berbeda, dengan kata-kata yang tidak enak didengar, sinis dan ingin cepat-cepat mengkritik orang lain. Di seminar-seminar ia selalu ingin angkat tangan dan cepat-cepat menusuk pikiran orang lain dan menganggap mereka salah dan hanya dirinya yang paling tahu. Akibatnya ia menjadi sulit dimana-mana, sulit membangun hubungan dengan orang lain.

Sementara itu, passive-aggresive adalah tipe pemimpin yang sulit sekali berkata “no” (tidak). Ia selalu ingin menyenangkan orang lain dan merasa mampu melakukan apa saja. Padahal ia punya keterbatasan-keterbatasan, namun mulutnya sulit menolak. Akibatnya ia akan mengalami suasana yang sulit, yaitu gagal berkomitmen.

Dan terakhir adalah tipe antisocial. Yang terakhir ini Anda dapat temui di berbagai rumah tahanan. Mereka adalah orang-orang yang selalu melanggar hukum, tidak merasa bersalah, tetapi sulit dipegang kata-katanya. Selain tidak jujur dan licin, selalu ada saja yang ditipunya.

Nah, masuk kategori manakah Anda? Mudah-mudahan tidak. Saya percaya kita adalah manusia pembelajar yang mampu me-recode dna kita. Namun kalau hasil yang Anda capai tidak optimal, baik bagi diri Anda, keluarga, ataupun perusahaan/organisasi, ada baiknya Anda memeriksa diri Anda baik-baik. Siapa tahu, persoalan itu ada di sini, di kepala kita sendiri. Ketika kita tidak bisa merubah orang lain, maka kita perlu berpikir. Jangan-jangan kita sendiri yang harus kita sembuhkan. Mari kita memeriksa diri kita.

Tidak ada komentar: